An Se-young dan Kisah Cinderella: Dulu Diperlakukan bak Pembantu di Pelatnas Korea, Kini Jadi Putri yang Gendong Harapan Negara

tulisaza.online – Perseteruan antara An Se-young dan Asosiasi Bulu Tangkis Korea Selatan (BKA) kembali mengungkap fakta baru.

An Se-young rupanya pernah mengalami perundungan di tim nasional bulu tangkis Korea.

Jauh sebelum menyumbang emas satu-satunya bagi tim bulu tangkis Korea Selatan di Olimpiade Paris 2024, An menghadapi kerasnya kehidupan di Pelatnasnya BKA.

Bergabung dengan tim nasional ketika masih duduk di bangku sekolah menengah pertama, An malah menerima perlakuan tidak menyenangkan dari senior-seniornya.

Media Korea, SBS, mengungkap fakta bahwa An mesti melakukan aktivitas-aktivitas yang tidak ada hubungannya dengan bulu tangkis.

Anak sekecil itu harus menggantikan senar raket seniornya, membersihkan kamar mereka, dan mencucikan baju-bajunya.

An bergabung dengan tim nasional pada akhir 2017, saat masih berusia 15 tahun. Dia menjadi anak SMP pertama yang bisa menembus ke skuad elite Korea.

Akan tetapi, menjadi anggota termuda di tim nasional Korea malah membuat An mengalami perundungan demi perundungan.

Baca Juga: Resmi! Laos Tunjuk Kompatriot Shin Tae-yong Jadi Pelatih Kepala, Bakal Jadi Lawan Timnas Indonesia di ASEAN Cup 2024

Dipaksa menjadi ‘pembantu’, An jadi tidak bisa beristirahat secara penuh setelah agenda latihan dan pertandingan.

Akan tetapi, sebagaimana pemberitaan dari MKSports.co.kr, tidak ada tindakan berarti dari federasi untuk mengatasinya.

“Asosiasi meneruskan hasil pertemuan kepada tim nasional, tapi staf kepelatihan kabarnya merespons bahwa mereka tidak bisa menyelesaikannya.”

“Mereka hanya bisa memperbaikinya secara bertahap.”

“Pihak An mengklaim tidak ada peningkatan meski telah meminta Asosiasi untuk menghentikan kebiasaan buruk ini.”

Tantangan yang harus dihadapi ini tidak menghentikan An untuk menjadi pemain elite dunia sejak remaja walau bahan bakarnya adalah amarah.

Bagaimana An menjadi tuan putri di bulu tangkis setelah bertahun-tahun diperlakukan dengan tidak pantas ibarat kisah Cinderella.

Jika Cinderella memerlukan sihir ibu peri untuk menjadi putri, An memerlukan amarah dalam dirinya sendiri selain bakat dan ketekunan tentunya.

“Kekuatan yang mendorong saya untuk meraih tujuan dan mimpi adalah kemarahan,” ucap An dalam wawancara dengan Yonhap.

Sejak 2019, tren penampilan An hanya menunjukkan grafik yang meningkat.

Pada 2019, di usia 17 tahun, An sudah meraih gelar ajang BWF World Tour pertamanya di New Zealand Open Super 300.

Di tahun yang sama, An menaikkan trofinya ke level Super 750 atau setara Super Series Premier dengan menjuarai French Open.

Kini, An hampir menamatkan bulu tangkis di usia 22 tahun.

Di level individu, dia hampir berhasil memenangi semua gelar juara di ajang bergengsi yaitu All England Open, World Tour Finals, Kejuaraan Dunia, Asian Games, dan Olimpiade.

Hanya Kejuaraan Asia yang belum berhasil dimenangi An.

Sementara di ajang beregu, An hanya belum pernah mencicipi podium tertinggi di Sudirman Cup tetapi telah merasakan emas di Uber Cup dan beregu Asian Games.

Kesuksesan di Asian Games dan Olimpiade makin berharga karena direngkuh An ketika di tengah cedera lutut.

Namun, prestasi tertinggi berupa medali emas Olimpiade sungguh-sungguh diperlukan An.

Tak hanya demi kejayaan pribadi, An benar-benar memakai momen emas ini untuk akhirnya mengeluarkan unek-unek yang telah lama dipendam.

Beberapa pihak mengkritik An karena dianggap mencuri semua perhatian ketika atlet Korea di Olimpiade Paris 2024 bukan cuma dirinya.

Namun, keputusan An untuk bersuara ketika semua mata tertuju kepada dirinya tetap membawa dampak yang diharapkan.

Kementerian yang menaungi dunia olahraga di Negeri Ginseng melakukan audit terhadap BKA setelah tudingan-tudingan yang dilontarkan An Se-young.

“Saya pikir bulu tangkis Korea bisa berkembang lebih jauh,” kata An dalam konferensi pers setelah medali emasnya di Olimpiade.

“Akan tetapi, fakta bahwa kita hanya memenangi satu medali emas di turnamen ini (Olimpiade) menjadi pengingat sudah waktunya bagi Asosiasi untuk merefleksikan kembali.”

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *